Sejarah dari kedua puasa ini juga memiliki makna yang dalam dalam agama Islam. Puasa Tarwiyah berasal dari kata "tarwiyah" yang artinya menyirami atau memberi minum. Sejarahnya bermula dari peristiwa saat Nabi Ibrahim AS membawa putranya, Nabi Ismail AS, ke Mekah. Di Mekah, Nabi Ibrahim AS meninggalkan istri dan putranya dalam keadaan sendirian. Untuk memberikan mereka persediaan air dan makanan, beliau meninggalkan mereka dengan membekali air yang terus disirami hingga habis. Dari situlah asal usul puasa Tarwiyah, sebagai bentuk penghormatan dan kenangan atas pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS.
Sementara itu, puasa Arafah memiliki sejarah yang tidak kalah pentingnya. Puasa ini berhubungan erat dengan peristiwa haji Nabi Muhammad SAW. Ketika beliau melakukan haji Wada, puasa Arafah menjadi bagian dari amalan haji yang disunnahkan. Sejarah ini mengandung nilai-nilai kebersamaan, pengorbanan, dan doa kepada Allah SWT, sehingga puasa Arafah memiliki makna yang sangat dalam bagi umat Islam.
Untuk menjalankan kedua puasa ini, kita juga perlu memperhatikan niat yang harus dilakukan. Niat puasa Tarwiyah dan Arafah harus sesuai dengan tuntunan agama. Niat puasa Tarwiyah adalah "Saya niat puasa sunnah Tarwiyah karena Allah ta'ala" sedangkan niat puasa Arafah adalah "Saya niat puasa sunnah Arafah karena Allah ta'ala."