Keputusan ini juga memperkuat identitas keislaman Muhammadiyah yang memiliki karakteristik tersendiri dalam menetapkan awal bulan syawal. Hal ini merupakan bagian dari keunikan dan keberagaman dalam penentuan awal bulan hijriah di Indonesia.
Penetapan Idul Fitri oleh Muhammadiyah juga mencerminkan komitmen organisasi dalam memperkuat kemandirian dalam menyelesaikan hukum-hukum syara'. Dengan menerapkan metode hisab hakiki wujudul hilal, Muhammadiyah menunjukkan bahwa organisasi ini memiliki kemampuan keilmuan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
Perbedaan pendekatan dalam penetapan Idul Fitri antara Muhammadiyah dan NU sebenarnya mencerminkan keberagaman tradisi Islam di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa dalam menyambut hari raya, umat Islam di Indonesia memiliki kekayaan yang beragam dalam penentuan awal bulan syawal.
Dengan penetapan Idul Fitri pada tanggal 10 April 2024, umat Muslim di seluruh Indonesia dapat bersiap-siap untuk merayakan hari kemenangan dengan penuh suka cita. Tentu saja, keberagaman metode perhitungan tidak seharusnya menjadi sumber perpecahan, melainkan sebagai bentuk keragaman yang memperkaya kehidupan umat Islam di Indonesia.
