Kata “Ulil Amri minkum” pada ayat diatas menunjukkan bahwa Ulil Amri adalah pimpinan diantara kalian orang-orang beriman, bukan pemimpin lintas agama. Maka sepeninggal wafatnya Rasulullah, umat Islam/para sahabat bermusyawarah hingga akhirnya membaiat/mengangkat Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai Ulil Amri dengan sebutan Khalifah Abu Bakar, periode berikutnya Umar bin Khothob dan Utsman bin Affan dengan sebutan Amirul Mu’minin serta Ali bin Abi Tholib dengan sebutan Imam Ali.
Kehidupan muslimin sepeninggal Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin berangsur-angsur mengalami perpecahan. Munculnya berbagai pemahaman dan penafsiran, didukung oleh semangat kebangsaan/ashobiyah, dipisahkan oleh kepentingan politik serta diadudomba oleh konspirasi global Zionis Yahudi – maka lengkaplah skenario perpecahan umat Islam hingga hari ini.
Solusinya sudah Allah berikan dengan QS. an-Nisa 59 diatas. Dengan ayat tersebut jelaslah bahwa bagi umat Islam, mengamalkan syariah Islam selain mentaati Allah (al-Qur’an) dan Rasulullah (al-hadits), melainkan masih ada satu lagi yang umumnya belum diamalkan yaitu keberadaan Ulil Amri sebagai penggembala umat ini. Ulil Amri itulah yang mengkordinasikan pengamalan syariah secara kaaffah. Masyarakat yang memiliki undang-undang tapi tanpa penegak hukum tentu kacau dan anarkhis. Demikian pula umat Islam dengan al-Qur’an dan as-Sunnah tanpa Ulil Amri sebagai institusi pelaksana syariah, maka masing-masing golongan berjalan sendiri-sendiri bahkan saling bangga dan memusuhi sesama muslimin. Allah mengingatkan:
وَلا تَكÙونÙوا Ù…ÙÙ†ÙŽ الْمÙشْرÙÙƒÙينَمÙÙ†ÙŽ الَّذÙينَ ÙَرَّقÙوا دÙينَهÙمْ وَكَانÙوا Ø´Ùيَعًا ÙƒÙÙ„ÙÙ‘ ØÙزْب٠بÙمَا لَدَيْهÙمْ ÙَرÙØÙونَ
"Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka" (QS. Ar-Ruum 31-32).
Memang perubahan besar dunia menuju tegaknya syariah secara kaaffah tidak mudah, namun memerlukan perjuangan dan pengorbanan yang besar dari segenap kaum muslimin. Dengan pengorbanan itu, insyaAllah perjuangan yang sekilas tampak sulit itu akan menemukan hasilnya, sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah subhanahu wata’ala:
وَعَدَ اللَّه٠الَّذÙينَ آمَنÙوا Ù…ÙنكÙمْ وَعَمÙÙ„Ùوا الصَّالÙØَات٠لَيَسْتَخْلÙÙَنَّهÙÙ… ÙÙÙŠ الْأَرْض٠كَمَا اسْتَخْلَÙÙŽ الَّذÙينَ Ù…ÙÙ† قَبْلÙÙ‡Ùمْ ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙŠÙÙ…ÙŽÙƒÙّنَنَّ Ù„ÙŽÙ‡Ùمْ دÙينَهÙم٠الَّذÙÙŠ ارْتَضَى Ù„ÙŽÙ‡Ùمْ ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙŠÙبَدÙّلَنَّهÙÙ… Ù…Ùّن بَعْد٠خَوْÙÙÙ‡Ùمْ أَمْناً يَعْبÙدÙونَنÙÙŠ لَا ÙŠÙشْرÙÙƒÙونَ بÙÙŠ شَيْئاً ÙˆÙŽÙ…ÙŽÙ† ÙƒÙŽÙَرَ بَعْدَ Ø°ÙŽÙ„ÙÙƒÙŽ ÙÙŽØ£ÙوْلَئÙÙƒÙŽ Ù‡Ùم٠الْÙَاسÙÙ‚Ùونَ
“Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan beramal shalih di antara kalian, bahwa Dia benar-benar akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa; Dia benar-benar akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai untuk mereka; dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka —sesudah mereka berada dalam ketakutan— menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah Aku tanpa mempersekutukan Aku dengan sesuatu pun. Siapa saja yang kafir sesudah janji itu, mereka itulah orang-orang yang fasik”. (QS. An-Nuur: 55).
Dalam upaya menyempurnakan amalan Islam, maka sudah saatnya umat Islam merapatkan ukhuwwah, hidup berjama’ah dan lepaskan baju-baju firqoh yang hanya membawa bencana ummat. Dimanapun berada hendaknya kita meningkatkan ketaatan kepada Allah, dengan segala usaha dan pengorbanan yang dapat kita lakukan. Demikian pula meneladani perilaku hidup Rasulullah, serta mengangkat dan mentaati Ulil Amri sebagai wujud pengamalan Islam yang kaffah. Jika Nabi Ibrahim dengan ketaatannya rela mengorbankan anak kesayangannya, maka pengorbanan apa yang kita relakan sebagai wujud ketaatan kita dan pengharapan kita akan ridho dan ampunan Allah? Semoga hari raya Qurban ini menjadi awal peningkatan kataatan kita kepada Allah subhanahu wata’ala.