Meskipun pada awalnya ia hanya bisa menghafal suara dari Surat Al-Fatihah tanpa mengerti artinya, Samuel mencoba menerjemahkan surat tersebut ke dalam bahasa Inggris. Dan dari proses tersebut, Samuel menyadari bahwa tiada yang tidak sesuai antara ajaran Kristen dengan Surat Al-Fatihah. Bahkan, hatinya tersentuh dengan kata-kata yang terdapat dalam Al Quran.
Kelembutan dan kasih sayang yang ditunjukkan oleh umat Muslim di masjid Taqwa membuat Samuel mantap untuk menjadi seorang mualaf. Dia kemudian dibawa oleh Dr. Sadiq Malki ke yayasan pendidikan Islam di sekitar Al Hamra, Jeddah, di mana dia mendeklarasikan syahadatnya.
Kisah Samuel Shropshire merupakan contoh nyata betapa pemahaman yang mendalam tentang agama lain dapat membawa seseorang untuk menemukan kebenaran dan keutamaan agama lainnya. Baginya, Islam bukanlah sebuah ancaman atau hal yang asing, melainkan justru membawanya pada keharmonisan dan perdamaian di tengah-tengah masyarakat yang beragam. Selain itu, kecerdasan dan keberanian untuk mengeksplorasi agama lain juga dapat menjadi jalan menuju pemahaman yang lebih luas tentang keberagaman manusia. Dalam konteks yang lebih luas, kisah Samuel menginspirasi kita untuk membangun toleransi dan saling pengertian antar umat beragama.