Kepemimpinan yang abadi yang dimiliki oleh Nabi Harun tercermin dari sikapnya yang penuh keberanian dan kepercayaan kepada Allah. Beliau memiliki sifat tawadhu' dan kesabaran dalam menghadapi segala rintangan yang dihadapinya dalam menjalankan tugas sebagai pemimpin. Nabi Harun juga dikenal sebagai sosok yang selalu berusaha membangun keharmonisan dan persatuan di antara kaumnya.
Dalam Al-Qur'an, salah satu ayat yang menggambarkan kepemimpinan Nabi Harun terdapat dalam Surah Taha (20:29-30): "Kemudian (Allah) menyuruhku (dan berkata) 'Pergilah engkau kepada kaumku sebagai rasul Rasul kami dan sebaik-baik permintaan tobatmu kepada Tuhanmu. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang'. Katakanlah: 'Ya Tuhanku, segarkanlah dada (hati)ku, dan mudahkanlah bagiku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, agar mereka mengerti perkataanku.'" Ayat ini menunjukkan bahwa Nabi Harun meminta pertolongan kepada Allah agar dapat menjalankan tugasnya sebagai pemimpin dengan baik.
Kisah Nabi Harun juga mengajarkan kepada umat Islam pentingnya mempunyai sifat kepemimpinan yang mengutamakan kepercayaan kepada Allah, serta kejujuran dan keadilan dalam memimpin. Kepemimpinan yang abadi tidak hanya mengacu pada masa kehidupan Nabi Harun, tetapi juga menjadi contoh dan teladan bagi setiap pemimpin dalam menjalankan tugasnya.