Salah satu alasan mengapa harga minyak diprediksi akan terus meroket adalah adanya spekulasi dan ketidakpastian yang dihasilkan dari konflik ini. Investor cenderung cemas dan ini menyebabkan fluktuasi harga secara signifikan. Selain itu, pengumuman kebijakan dari negara-negara penghasil minyak besar, seperti OPEC, makin menjadi sorotan, karena keputusan mereka dalam hal produksi dapat memengaruhi harga global.
Perlu dicatat juga bahwa pasar minyak global saat ini sedang berjuang untuk mendapatkan keseimbangan pasokan setelah mengalami penurunan yang signifikan selama tahun-tahun sebelumnya akibat pandemi COVID-19. Peningkatan permintaan minyak pascapandemi seharusnya mendukung stabilitas harga, namun ketegangan geopolitik saat ini justru memicu kekhawatiran lebih lanjut.
Eskalasi konfrontasi antara Israel dan Iran berpotensi membuat banyak negara, termasuk Indonesia, lebih waspada terhadap fluktuasi pasar. Banyak analis pasar memperingatkan bahwa jika situasi tidak segera ditangani, konflik ini dapat menjalar ke negara-negara lain di kawasan, meningkatkan risiko tambahan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap stabilitas harga minyak.
Satu hal yang pasti, jika kondisi saat ini terus berlanjut, harga minyak diprediksi akan terus meroket, yang dapat memicu menaikkan harga BBM lebih jauh lagi, mempengaruhi ekonomi global, dan khususnya perekonomian domestik. Kebijakan pemerintah dalam mengatasi dampak dari potensi lonjakan harga minyak ini menjadi sangat krusial. Dalam situasi yang penuh ketidakpastian ini, setiap langkah yang diambil oleh para pengambil keputusan akan sangat memengaruhi arah dan dampak akhirnya bagi masyarakat luas.