Perang yang sengit ini berlangsung selama tiga tahun, ditandai dengan pertempuran yang brutal dan kerugian yang sangat besar di kedua belah pihak. Sebanyak 2,5 juta orang diperkirakan tewas selama konflik ini, termasuk militer, pesawat civil, dan warga sipil. Banyak daerah di Korea Selatan hancur, dan penduduknya terpaksa mengungsi atau kehilangan orang-orang terkasih mereka.
Ketika perang berlanjut, perpecahan antara Korea Utara dan Korea Selatan semakin dalam. Pada bulan Juli 1953, gencatan senjata akhirnya dicapai, yang menghentikan permusuhan tetapi tidak mengakhiri konflik secara resmi. Pembuatan zona demiliterisasi (DMZ) yang memisahkan kedua negara masih berdiri hingga saat ini dan menjadi simbol perpecahan yang menyakitkan.
Meskipun gencatan senjata dicapai, hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan tetap tegang dan tidak stabil. Terlebih lagi, Korea Utara terus mengembangkan program nuklirnya, menciptakan kekhawatiran di tingkat internasional. Sementara itu, Korea Selatan berusaha membangun ekonominya dan menjadi salah satu negara paling maju di Asia. Perpecahan ini menciptakan dinamika yang kompleks, di mana kedua negara berusaha mempertahankan identitas dan nilai-nilai yang berbeda.