Dalam beberapa tahun terakhir, media sosial telah menjadi ruang publik baru tempat masyarakat saling bertukar informasi, pandangan, dan opini politik. Platform seperti Instagram, Facebook, TikTok, dan X (Twitter) memungkinkan semua orang bersuara dengan cepat dan terbuka. Namun, kebebasan ini juga menghadirkan tantangan besar: polarisasi politik yang semakin tajam. Komentar negatif, provokatif, dan saling serang sering kali mendominasi ruang diskusi, hingga membuat percakapan sehat menjadi tenggelam.
Padahal, media sosial sebenarnya memiliki potensi luar biasa untuk memperkuat demokrasi, asalkan digunakan dengan cara yang lebih bijak dan bertanggung jawab. Salah satu langkah sederhana namun sangat berpengaruh adalah membangun komentar positif dan diskusi yang sehat. Upaya ini dapat menjadi penyeimbang narasi negatif yang sering beredar, sekaligus memperbaiki kualitas dialog publik di dunia digital.
Mengapa Polarisasi Politik Terjadi di Media Sosial?
Polarisasi politik di media sosial muncul dari beberapa faktor:
1. Algoritma yang Memperkuat Konten Emosional
Media sosial cenderung mempromosikan konten yang memicu emosi kuat—baik kemarahan, kebencian, maupun keterkejutan. Konten semacam ini biasanya mengundang lebih banyak komentar dan share, sehingga algoritma melihatnya sebagai “relevan”.
2. Anonimitas yang Berlebihan
Banyak pengguna merasa lebih berani berbicara kasar saat bersembunyi di balik identitas anonim, sehingga komentar negatif lebih mudah muncul.
3. Kurangnya Kebiasaan Diskusi Sehat
Masyarakat sering terbiasa berdebat untuk “menang”, bukan untuk memahami sudut pandang lain. Pola ini memperkeruh percakapan politik.
4. Paparan Informasi yang Homogen
Pengguna sering dikelilingi oleh orang-orang yang berpandangan sama (echo chamber). Saat berhadapan dengan opini berbeda, respons yang muncul tidak jarang penuh kemarahan.
Situasi-situasi ini menciptakan ruang digital yang penuh ketegangan. Namun, kondisi tersebut bukan berarti tidak bisa diperbaiki.
Peran Komentar Positif untuk Menenangkan Ruang Diskusi
Komentar positif bukan berarti semua hal harus dipuji atau disetujui, melainkan komentar yang:
- Sopan
- Fokus pada topik
- Memberikan sudut pandang alternatif secara beradab
- Menjaga emosi pembaca lain tetap stabil
- Tidak mengandung serangan personal