PBB terlibat dalam misi penjagaan perdamaian di Rwanda, yang dikenal sebagai UNAMIR (United Nations Assistance Mission for Rwanda). Namun, misi ini terhambat oleh kurangnya sokongan dan sumber daya yang memadai. Meskipun Komandan UNAMIR, Jenderal Roméo Dallaire, mendesak agar pasukan tambahan dikirim dan menjelaskan situasi yang semakin memprihatinkan, PBB mengabaikan permintaan tersebut. Hal ini menunjukkan bagaimana para pemimpin dunia, saat itu, memilih untuk menutup mata terhadap tragedi yang sedang berlangsung.Ketidakmampuan PBB untuk mengambil tindakan yang tegas menjadi salah satu noda dalam sejarah organisasi tersebut.
Setelah genosida berakhir, dunia mulai memahami sepenuhnya dampak dan skala kekejaman yang terjadi. Tindakan internasional dalam upaya untuk memberi keadilan bagi para korban akhirnya muncul, tetapi terlalu lambat untuk menyelamatkan nyawa yang hilang. Banyak negara sekarang menganggap genosida Rwanda sebagai peringatan penting tentang bahaya genosida dan pentingnya langkah-langkah pencegahan yang lebih efektif di masa depan.
Dampak genosida ini tidak hanya dirasakan oleh orang-orang yang langsung terlibat, tetapi juga membekas dalam pikiran banyak orang di seluruh dunia. Rwanda sendiri berjuang untuk bangkit dari kehancuran dan membangun kembali masyarakatnya. Proses rekonsiliasi menjadi langkah penting dalam pemulihan negara ini, sambil mengalami tantangan besar terkait trauma dan kehilangan. Rwanda kini menjadi contoh bagaimana konflik etnis dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan bijaksana.