Setelah G30S, terjadi pemburuan masif terhadap para anggota maupun simpatisan PKI. Diperkirakan, ratusan ribu orang tewas dalam kampanye anti-komunis ini yang berlangsung di berbagai daerah di Indonesia. Banyak di antara mereka yang ditangkap, disiksa, atau bahkan dibunuh tanpa proses pengadilan yang jelas. Pembantaian ini tidak hanya menyasar para anggota PKI, tetapi juga masyarakat sipil yang dianggap memiliki hubungan atau dukungan, meski minim, terhadap ideologi komunis.
Dalam konteks sejarah, G30S dan tindak lanjutnya menciptakan perubahan besar dalam struktur pemerintahan Indonesia. Suharto, yang pada akhirnya mengambil alih kekuasaan dari Soekarno, kemudian mengumumkan pelbagai kebijakan yang menekankan stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi. Era Orde Baru yang dimulai Suharto memiliki citra sebagai rezim yang anti-komunis, dengan pengawasan ketat terhadap segala bentuk aktivitas politik yang dianggap terlibat dengan komunisme.
Peristiwa G30S dan penumpasan PKI sering kali menjadi topik yang sensitif di Indonesia, terutama dalam konteks pendidikan sejarah. Masih banyak kontroversi dan perdebatan mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada malam 30 September, serta pengaruh yang ditimbulkan terhadap masyarakat Indonesia. Penyangkalan, pengakuan, serta minimnya pengarsipan dokumen yang akurat sering kali mengaburkan kebenaran sejarah peristiwa ini.