Tak hanya itu, Muazzim juga menemukan kondisi nasi yang disajikan sangat keras, hingga dianggap tidak layak untuk dikonsumsi anak-anak sekolah. Hal ini memunculkan pertanyaan besar mengenai bagaimana standar pemilihan dan pembelian bahan makanan dalam program MBG ditentukan dan diawasi.
Muazzim menekankan bahwa program MBG adalah langkah mulia dan patut didukung, karena menyasar perbaikan gizi generasi muda Indonesia. Namun, menurutnya, niat baik ini bisa gagal apabila pelaksanaannya tidak diawasi secara ketat dan dijalankan oleh pihak-pihak yang tidak kompeten.
“Program ini menyentuh kebutuhan dasar anak-anak. Jadi jangan sampai dikerjakan asal-asalan. Harus ada evaluasi menyeluruh, khususnya pada unit-unit SPPG yang menjalankan program ini di lapangan,” tambahnya.
Ia juga meminta pemerintah, khususnya kementerian teknis terkait dan Badan Gizi Nasional (BGN), agar segera melakukan pengawasan intensif dan audit lapangan. Setiap daerah penerima program MBG harus menjalankan standar minimal gizi dan kualitas makanan, agar manfaat program bisa dirasakan secara nyata.