Munculnya masalah yang berkaitan dengan attachment style biasanya terjadi setelah pernikahan, ketika individu mulai melepaskan "topeng sosial" yang dikenakan selama masa pacaran. Dalam pernikahan, di mana kedekatan emosional menjadi lebih intim, gaya asli individu dalam berelasi mulai terlihat. Medwin menekankan bahwa attachment style paling jelas terlihat dalam hubungan yang dekat, membuat seseorang bisa tampak lebih terbuka saat pacaran, tetapi justru menjadi lebih tertutup setelah menikah.
Dampak dari attachment style yang tidak secure dalam sebuah pernikahan bisa sangat signifikan. Masalah komunikasi yang kurang jujur, perasaan ditinggalkan atau dicurigai tanpa alasan jelas, serta pola pertengkaran yang berulang bisa terjadi. Jika tidak dikenali dan diatasi, ini dapat merusak hubungan dan bahkan berujung pada perceraian.
Beruntung, attachment style bukanlah sesuatu yang permanen. Meskipun pola ini sering terbentuk dari pengalaman masa lalu, ada kemungkinan untuk mengubahnya. Medwin mengungkapkan bahwa perubahan bisa dicapai melalui beberapa cara, seperti meningkatkan kesadaran diri, menjalani konseling dengan psikolog, dan membangun hubungan yang aman dan mendukung. Terapi khusus seperti hipnoterapi juga bisa dipertimbangkan untuk masalah yang lebih kompleks.
Langkah pertama yang dapat diambil adalah mengenali gaya kelekatan diri sendiri dan pasangan. Penting untuk mempelajari karakteristik masing-masing attachment style serta menyadari pola yang sering muncul. Apakah Anda atau pasangan sering bersikap menghindar, cemas, atau merasakan ketidaklayakan untuk dicintai? Diskusi yang tenang dan terbuka tanpa saling menyalahkan adalah kunci untuk memahami satu sama lain dengan lebih baik.