Di era digital yang semakin canggih ini, hubungan asmara tak lagi terbatas pada pertemuan fisik. Banyak orang kini memilih mencari pasangan melalui aplikasi kencan atau media sosial. Namun, di balik kemudahan itu, terselip bahaya yang tak sedikit orang sadari: love scamming atau penipuan cinta online.
Salah satu korbannya adalah seorang pegawai pemerintahan yang tak menyangka bahwa hubungan virtual yang ia jalin justru membuatnya merugi hingga puluhan juta rupiah. Alih-alih mendapatkan cinta sejati, yang ia dapat hanyalah kekecewaan dan saldo rekening yang terkuras.
Apa Itu Love Scamming?
Love scamming adalah bentuk penipuan online di mana pelaku berpura-pura menjalin hubungan romantis untuk mendapatkan kepercayaan korban. Setelah itu, mereka mulai meminta uang, hadiah, atau bahkan informasi pribadi dan perbankan.
Penipuan semacam ini umumnya bermula dari perkenalan di media sosial atau aplikasi kencan. Para pelaku memiliki kemampuan manipulasi yang sangat tinggi. Mereka piawai merangkai kata, menyusun narasi menyentuh, dan membuat korban merasa istimewa. Perlahan tapi pasti, mereka menggiring korban masuk ke dalam jebakan.
Kasus Love Scam Kian Marak
Data dari perusahaan keamanan siber Kaspersky menunjukkan bahwa penipuan cinta semakin meningkat selama masa pandemi Covid-19. Larangan bertemu secara langsung memaksa orang menjalin hubungan secara virtual. Celah ini dimanfaatkan oleh para penipu untuk mendekati korban.
Bahkan, Komisi Perdagangan Amerika Serikat (FTC) melaporkan bahwa pada tahun 2021, terdapat lebih dari 52 ribu laporan love scamming dengan total kerugian mencapai US$300 juta. Jumlah ini melonjak tajam dari 11.235 laporan pada tahun 2017.