Serangga sering kali dianggap sebagai makhluk pengganggu. Ketika seseorang menyebut kata “serangga”, yang langsung terbayang biasanya adalah semut yang mengganggu makanan, kecoa yang membuat panik, atau nyamuk yang mengisap darah. Namun, siapa sangka bahwa serangga memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga kelangsungan hidup di bumi? Di balik bentuknya yang kecil dan kerap dipandang sebelah mata, serangga justru memainkan peran besar dalam menjaga stabilitas ekosistem, bahkan mendukung kehidupan manusia secara langsung.
Hal ini ditegaskan oleh pakar entomologi dari IPB University, Prof. Damayanti Buchori, yang menyoroti pentingnya mengubah persepsi negatif terhadap serangga. Dalam pernyataan resminya yang dikutip pada Jumat, 9 Mei 2025, beliau menekankan bahwa serangga bukan sekadar hama, tetapi pilar penting dalam banyak aspek kehidupan ekologis.
Serangga Hadir di Hampir Semua Rantai Makanan
Menurut Prof. Damayanti, serangga ada di hampir setiap tingkat dalam rantai makanan, kecuali di tingkat autotrof. Mereka bisa menjadi herbivora, karnivora, dan juga dekomposer. Dalam konteks ekologi, ini berarti serangga bukan hanya bagian kecil dari sistem, tapi menjadi penggerak utama dalam proses alami seperti daur ulang nutrisi, pengendalian populasi, dan penyebaran tanaman.
Tanpa kehadiran serangga, proses daur ulang di alam akan berjalan sangat lambat. Hal ini tentu berpotensi menyebabkan ketidakseimbangan dalam sistem lingkungan, karena limbah organik seperti feses, bangkai hewan, atau tumbuhan mati tidak akan terurai dengan efisien.
Penyerbukan: Peran Vital Serangga dalam Ketahanan Pangan
Salah satu kontribusi terbesar serangga terhadap kehidupan manusia adalah dalam proses penyerbukan tanaman. Prof. Damayanti menyampaikan bahwa sekitar 75-80% tanaman berbunga sangat bergantung pada hewan untuk melakukan penyerbukan. Menariknya, sebagian besar dari hewan penyerbuk itu adalah serangga, terutama lebah dan kupu-kupu.