Tampang.com | Dalam temuan ilmiah yang mengejutkan, para peneliti mengungkap bahwa Bumi telah mengalami pergeseran signifikan pada sumbu rotasinya selama dua dekade terakhir. Studi terbaru ini menunjukkan bahwa sejak awal tahun 2000-an, rotasi planet kita mengalami perubahan mencolok akibat hilangnya air dalam jumlah besar dari daratan, yang kemudian mengalir ke lautan.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Science ini menyebut bahwa antara tahun 2000 hingga 2002, dunia kehilangan lebih dari 1.600 gigaton air tanah. Jumlah ini sangat besar—setara dengan 160 kali volume air di Danau Toba. Perubahan distribusi massa air ini ternyata memiliki dampak yang jauh lebih dalam daripada yang selama ini diduga oleh ilmuwan.
Dampaknya bukan hanya pada lingkungan lokal, melainkan hingga ke level global. Pergeseran sumbu rotasi Bumi yang tercatat sekitar 45 cm ini sebelumnya tidak diasosiasikan dengan faktor-faktor yang lazim seperti pencairan es di kutub, aktivitas inti Bumi, atau efek rebound glasial. Kini, faktor kehilangan air dari daratan resmi menjadi pemain baru dalam dinamika geofisika planet.
Salah satu penulis studi, Profesor Clark Wilson, seorang ahli geofisika dari University of Texas di Austin, menjelaskan bahwa perubahan besar dalam distribusi air daratan ke lautan secara langsung memengaruhi momen inersia Bumi—konsep fisika yang menentukan bagaimana sebuah benda berputar. Ketika air tanah dalam jumlah besar dipindahkan ke laut, pusat massa planet juga berubah, yang pada akhirnya menyebabkan poros rotasi ikut bergeser.
"Jika Anda mengambil sejumlah besar air dari daratan dan memindahkannya ke lautan, maka Anda sedang meredistribusi massa di seluruh planet," ujar Wilson dalam kutipannya di Science Focus (23 April 2025). "Itulah yang menyebabkan sumbu rotasi Bumi berubah."