Dede Yusuf menambahkan bahwa permasalahan teknis seperti ketidaksesuaian dunia kerja dengan kurikulum pendidikan vokasi menjadi fokus utama yang harus diatasi oleh Dirjen Vokasi yang terpilih. Menurutnya, penting bagi lulusan pendidikan vokasi untuk tidak hanya siap, namun juga memiliki kompetensi yang kompetitif dan disertai dengan sertifikasi yang relevan, sehingga dapat membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan terampil.
Selain itu, Dirjen vokasi harus juga mampu menyelesaikan masalah mismatch di dunia vokasi dengan memperkuat pendidikan vokasi, riset terapan yang inovatif, serta program-program magang dan merdeka belajar. Dede juga menekankan pentingnya kolaborasi link and match antara dunia usaha, dunia industri, dan pendidikan vokasi, bukan hanya dalam bentuk perjanjian kerja sama, tetapi juga dalam pelaksanaan yang cermat, mengingat dinamika ketenagakerjaan yang terus berubah.
Lebih lanjut, Dede menekankan bahwa penguatan SDM pengajar juga tak kalah penting. Dirjen vokasi harus mampu meng-upgrade para pengajar dengan sering melakukan sertifikasi dan uji kompetensi. Ia juga menyoroti bahwa kurikulum pendidikan vokasi perlu bersifat adaptif dengan perkembangan zaman, terutama dalam menghadapi transisi dari pandemi menjadi endemi, di mana sistem kerja hibrida seperti luring-daring menjadi hal yang umum.