Dalam konteks yang sama, prediksi He juga sesuai dengan pernyataan CEO Mercedes-Benz, Ola Kallenius, yang menyatakan bahwa banyak dari perusahaan mobil listrik China tidak akan bertahan dalam waktu lima tahun mendatang.
Subsidi besar-besaran yang diberikan pemerintah China menjadi salah satu faktor yang mendorong dominasi mobil listrik China. Hal ini memungkinkan perusahaan-perusahaan EV China untuk menawarkan produk dengan harga lebih murah dibandingkan dengan produsen mobil listrik dari negara lain.
Namun, pertumbuhan yang pesat telah menyebabkan kompetisi di industri mobil listrik semakin ketat. Konsultan otomotif di AlixPartners, Stephen Dyer, mengungkapkan bahwa pada tahun 2023 saja, ada sebanyak 123 merek mobil listrik China yang berhasil menjual setidaknya 1 unit EV di China. Salah satu pemain utama di pasar global adalah BYD, yang memiliki kontribusi signifikan dalam pangsa pasar mobil listrik di berbagai negara seperti Thailand dan Brasil.
Data yang dikumpulkan oleh firma teknologi ABI Research menunjukkan bahwa pemain mobil listrik China telah menguasai sekitar 70% pangsa pasar EV di Thailand dan 88% di Brasil pada kuartal pertama tahun ini. Bahkan, BYD telah melampaui pendapatan Tesla dari penjualan mobil listrik untuk pertama kalinya, menurut laporan kinerja kuartal ketiga.
Di sisi lain, Xpeng, yang juga merupakan pemain utama dalam industri mobil listrik China, telah mengalami penurunan saham sebesar 11% sepanjang tahun ini. Meskipun demikian, Brian Gu, selaku Vice Chairman dan Presiden Xpeng, optimis bahwa perusahaan ini akan mencatatkan profit pada tahun 2025 mendatang.