Selain itu, kondisi ekonomi Indonesia yang masih belum mencapai target juga menjadi faktor utama. Pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2025 tercatat hanya 4,7 persen, sementara target yang diharapkan sebesar 5,2 persen.
“Lesunya ekonomi ini juga berdampak ke industri otomotif. Jika penjualan stagnan, kapasitas produksi tidak bisa berjalan optimal. Biaya operasional yang tinggi membuat produsen terpaksa melakukan efisiensi, termasuk pengurangan jam kerja hingga potensi PHK,” tambah Riyanto.
Sebelumnya, Gaikindo melaporkan bahwa penjualan mobil dari pabrik ke diler (wholesales) selama Januari–April 2025 mencapai 256.368 unit, turun 2,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 264.104 unit.