Tampang

Zhiying Zeng – yang dikenal sebagai Tania Zeng Baru saja Merayakan Usia ke 58 Tahun Sebelum Berkompetisi di Olimpiade Paris 2024

5 Agu 2024 11:56 wib. 320
0 0
Zhiying Zeng – yang dikenal sebagai Tania Zeng Baru saja Merayakan Usia ke 58 Tahun Sebelum Berkompetisi di Olimpiade Paris 2024
Sumber foto: Google

Pemain tenis meja profesional ini sejatinya berasal dari China, tapi bakal berupaya meraih medali untuk Cile – negara yang ditinggalinya selama lebih dari 35 tahun. Kariernya sebagai atlet melaju cepat seperti meteor, demikian pula popularitasnya.

Di Cile, semua orang mengenalnya, menyemangatinya, dan dengan penuh kasih sayang memanggilnya "Bibi Tania" meskipun dia baru berkompetisi untuk Cile selama empat tahun, Sebelum menjadi atlet untuk Cile, hidupnya sangat berbeda. Tania adalah penjual mebel di Iquique, sebuah kota di Cile utara.

Di Olimpiade Paris, ia akan menjadi salah satu atlet tertua. Namun, hal itu tampaknya tidak mengganggunya.

“Saya selalu berkata pada diri saya sendiri: 'Tidak, jangan pikirkan usia Anda. Jika saya telah mencapai sejauh ini, saya harus berjuang seperti orang lain,” katanya. Berbicara menggunakan bahasa Spanyol dengan aksen China yang kental, Tania menceritakan kisahnya.

Saya lahir di China bagian tengah, di sebuah kota bernama Zhengzhou, pada 1966.

Ayah saya adalah seorang insinyur industri. Ibu saya pelatih tenis meja untuk tim nasional di provinsi tempat kami tinggal.

Saya dibesarkan di sebuah rumah yang terletak di sebuah desa khusus untuk para pelatih olahraga.

Ketika saya berusia sembilan tahun, ayah saya memutuskan bahwa saya harus bermain tenis meja, seperti ibu saya. Dan begitulah cara saya mulai berlatih.

Pada usia 12 tahun, saya sudah bermain secara profesional. Namun satu dekade  Tepat pada saat itu saya menerima undangan dari bagian utara Cile, dari seorang pelatih asal China yang berada di sana dan bekerja dengan tim tenis meja.

Dia menulis surat kepada saya, dan mengatakan bahwa Cile sangat tenang, memiliki pantai dan laut, pemandangan yang sangat indah, dan orang-orang yang ramah.

Itu bukan keputusan mudah. Saya mengalami kesulitan dengan bahasanya dan tempat itu sangat jauh. Ayah saya juga khawatir. Tapi saya tetap pergi.

Saya bergabung dengan klub tenis meja di Arica. Saya merasa sangat diterima. Saya mengajar anak-anak melalui isyarat dan tawa, karena saya tidak mengerti apa-apa.

<123>

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

POLLING

Apakah Indonesia Menuju Indonesia Emas atau Cemas? Dengan program pendidikan rakyat seperti sekarang.