Masih dalam konteks kontroversi teknis, salah satu yang paling berpengaruh adalah "Spygate" yang meletus pada tahun 2007. Kasus ini melibatkan tim McLaren dan Ferrari. McLaren dituduh mencuri data teknis dari Ferrari, yang mencakup rincian penting tentang desain mobil mereka. Skandal ini mengarah pada denda besar bagi McLaren dan pencabutan poin mereka dari kejuaraan konstruktor. Selain itu, Tim McLaren harus membayar biaya hukum yang sangat tinggi dan menghadapi kerugian reputasi yang signifikan.
Tidak ketinggalan, kontroversi yang melibatkan penggunaan sistem "double diffuser" pada musim 2009 juga menjadi sorotan utama. Tim Brawn GP, yang dibentuk oleh Ross Brawn, memanfaatkan desain inovatif ini untuk meningkatkan performa mobil mereka secara signifikan. Meskipun sistem ini legal menurut aturan teknis, banyak tim merasa bahwa itu memberikan keuntungan yang tidak adil dan mendorong perubahan aturan untuk mencegah penggunaan teknologi serupa di masa depan. Debat mengenai adil tidaknya penggunaan inovasi teknis ini mencerminkan ketegangan antara penciptaan teknologi baru dan pemeliharaan keseimbangan kompetitif dalam balapan.
Kontroversi teranyar yang mengguncang Formula 1 adalah situasi antara Max Verstappen dan Lewis Hamilton pada musim 2021. Persaingan sengit antara kedua pembalap terkemuka ini membawa Formula 1 ke level drama yang belum pernah terjadi sebelumnya. Insiden di Grand Prix Arab Saudi, di mana Verstappen dan Hamilton terlibat dalam beberapa pertemuan kontroversial, memperburuk ketegangan di antara kedua tim dan penggemar. Keputusan-keputusan kontroversial oleh para pejabat balapan selama akhir pekan terakhir musim memicu perdebatan luas tentang keadilan dan integritas perlombaan. Akhirnya, keputusan mengenai gelar juara dunia yang diputuskan dalam situasi penuh polemik membuat banyak orang mempertanyakan cara F1 menangani persaingan ketat.