Selain faktor-faktor tersebut, penggunaan melodi yang catchy dan aransemen musik yang inovatif juga menjadi kunci. Musik yang mudah diingat dan enak didengar biasanya lebih cepat viral. Lagu "Hati-Hati di Jalan" dari Tulus adalah contoh sempurna dari penggunaan melodi yang catchy dan aransemen musik yang menarik. Lagu ini tidak hanya berhasil masuk tangga lagu nasional, tetapi juga memperoleh banyak penghargaan.
Peningkatan penggunaan platform streaming musik seperti Spotify, Apple Music, dan Joox juga telah mengubah cara orang mendengarkan musik dan menemukan lagu baru. Algoritma di platform-platform ini sering merekomendasikan lagu-lagu baru berdasarkan preferensi pendengar, sehingga membantu lagu-lagu yang berpotensi viral untuk lebih cepat mendapatkan perhatian.
Fenomena musik viral juga mempengaruhi industri musik secara keseluruhan. Para produser dan label rekaman kini lebih banyak berinvestasi dalam promosi di media sosial dan kolaborasi dengan influencer untuk memastikan lagu mereka mendapatkan eksposur maksimal. Selain itu, banyak artis independen yang memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan karya mereka secara langsung kepada penggemar tanpa perlu melalui label besar. Hal ini memberikan peluang lebih besar bagi bakat-bakat baru untuk muncul dan sukses di industri musik.
Namun, meskipun banyak manfaatnya, ada juga tantangan yang muncul dengan fenomena musik viral ini. Salah satunya adalah siklus popularitas yang cepat berlalu. Lagu-lagu yang viral biasanya hanya bertahan dalam waktu singkat di puncak popularitas sebelum digantikan oleh tren baru. Hal ini membuat para artis harus terus berinovasi dan menciptakan karya-karya baru untuk tetap relevan di industri musik.