Menlu Indonesia, Retno Marsudi, menyoroti pentingnya ASEAN agar tidak dijadikan proksi atau alat oleh kekuatan manapun. Retno mengungkapkan hal ini selama sesi retreat Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN ke-57 (AMM) di Vientiane, Laos pada hari Kamis.
"Begitu ASEAN menjadi proksi, akan sulit bagi ASEAN untuk memainkan peran sentral dan tetap menjadi 'jangkar' bagi terciptanya perdamaian dan stabilitas di kawasan," ujarnya dalam pernyataan tertulis yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri.
Indonesia, sebagai pihak yang berupaya untuk mempertahankan sentralitas ASEAN, memastikan bahwa pelaksanaan Pandangan ASEAN mengenai Indo-Pasifik (AOIP) tetap menjadi arus utama, baik dalam kegiatan ASEAN maupun dengan mitra dialog. Di samping itu, Marsudi juga mengusulkan inisiatif Indonesia untuk membantu ASEAN mempersiapkan dan menyepakati Deklarasi AOIP sebagai acuan utama bagi arsitektur regional.
Indonesia juga berharap agar Forum Indo-Pasifik ASEAN (AIPF) dapat diadakan di bawah kepemimpinan Malaysia tahun depan. AIPF merupakan forum yang diharapkan dapat memperkuat kerjasama dan kemitraan untuk mewujudkan perdamaian, stabilitas, keamanan, dan kemakmuran di kawasan Indo-Pasifik.
Marsudi juga menyoroti masalah Laut China Selatan dalam pertemuan tersebut. Ia mengungkapkan kekhawatiran atas eskalasi di kawasan tersebut dan menekankan pentingnya menyelesaikan kode etik atau Code of Conduct (CoC) yang masih dalam tahap negosiasi antara ASEAN dan China.