Menanggapi hal ini, pemerintah dan berbagai lembaga terkait di Jakarta telah berupaya untuk mengurangi dampak polusi udara dengan menggalakkan transportasi ramah lingkungan, mengatasi masalah pembakaran sampah, dan mengatur penggunaan bahan bakar. Namun, upaya ini masih dianggap sebagai langkah kecil dalam menangani masalah besar yang sudah menganga di depan mata. Perbaikan sistem transportasi umum, peningkatan kualitas bahan bakar, dan penerapan teknologi ramah lingkungan perlu menjadi fokus utama dalam upaya mengatasi polusi udara yang meracuni Kota Jakarta.
Selain itu, perlu adanya langkah-langkah tegas dalam mengendalikan emisi gas buang dari industri, baik melalui regulasi yang lebih ketat maupun penerapan teknologi ramah lingkungan di sektor industri. Peningkatan kualitas udara harus menjadi prioritas utama agar Jakarta dapat mendapatkan kembali cengkeraman kebersihan udara yang layak untuk dihirup oleh setiap orang.
Dalam hal ini, kesadaran masyarakat Jakarta juga menjelma menjadi kunci yang tidak boleh diabaikan. Pemahaman akan dampak buruk dari polusi udara dan langkah-langkah sederhana untuk mengurangi emisi gas rumah kaca di kehidupan sehari-hari harus dipromosikan secara massal. Penanaman pohon di sejumlah titik kota, penggunaan transportasi umum, serta pengurangan sampah plastik adalah beberapa di antara banyak langkah kecil yang mungkin dapat bermanfaat dalam mengatasi masalah ini.
Kualitas udara yang buruk tidak hanya menjadi masalah kesehatan masyarakat, tetapi juga memiliki dampak ekonomi yang signifikan. Data statistik menyatakan bahwa Biaya Tidak Langsung Akibat Polusi Udara (BTA PA) di Jakarta mencapai jumlah yang sangat tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa biaya kesehatan, produktivitas ekonomi yang menurun, kerusakan pada lingkungan, dan gangguan pada kegiatan sehari-hari merupakan akibat langsung dari polusi udara. Oleh karena itu, perbaikan kualitas udara juga akan berdampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi.