Pertanian juga menjadi penyumbang besar emisi gas rumah kaca, terutama melalui produksi daging. Penggembalaan, pengolahan lahan pertanian, dan penggunaan pupuk kimia merupakan sumber emisi metana dan nitrogen oksida, yang juga merupakan gas rumah kaca yang sangat kuat dalam mempertahankan panas di atmosfer.
Penggunaan produk elektronik yang berlebihan juga tanpa disadari berkontribusi pada perubahan iklim. Kondisi ini menuntut sektor industri sebagai penghasil emisi gas rumah kaca (GRK) untuk meningkatkan kesadaran dan mengkuantifikasikan emisinya. Dengan mengetahui dan memonitor seberapa besar emisi GRK yang dihasilkan, perusahaan dapat mengidentifikasi langkah nyata untuk melestarikan lingkungan.
Perilaku manusia dalam menggunakan energi, konsumsi, dan pertanian berperan besar dalam peningkatan emisi gas rumah kaca. Oleh karena itu, perubahan perilaku manusia menjadi kunci dalam menangani masalah ini. Pendidikan lingkungan, promosi energi terbarukan, teknologi ramah lingkungan, serta kebijakan yang mendukung pengurangan emisi, semuanya berpotensi untuk mengubah perilaku manusia demi mengurangi emisi gas rumah kaca.