Para mahasiswa koas di Semarang terpecah antara keheranan, kecemasan, dan kekhawatiran atas apa yang telah terjadi. Beberapa menyayangkan tindakan teman mereka yang nekat mencuri fortuner hanya untuk bercanda, sementara yang lain merasa khawatir dengan konsekuensi hukum yang mungkin dihadapi pelaku tersebut. Keburuan ramai, kejadian ini menimbulkan berbagai spekulasi dan opini di kalangan masyarakat.
Tindakan nge-prank yang seharusnya hanya dimaksudkan sebagai lelucon di antara teman-teman akhirnya berubah menjadi polemik yang menimbulkan citra buruk bagi mahasiswa koas di Semarang. Kejadian ini juga memberikan pelajaran berharga tentang batasan humor yang seharusnya dipahami oleh setiap individu, terutama di era digital di mana segala sesuatu dapat dengan mudah menyebar dan menjadi kontroversi.
Sebagai bagian dari masyarakat, mahasiswa koas di Semarang diingatkan untuk lebih bijak dalam bertindak dan memperhatikan dampak dari setiap tindakan yang dilakukan. Meskipun niat dalam melakukan nge-prank mungkin baik, namun resiko dan konsekuensinya bisa berdampak besar bagi diri sendiri maupun orang lain. Kejadian ini juga menjadi pengingat bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi yang harus dipertimbangkan dengan matang.