Purwono Widodo juga menjelaskan bahwa kinerja perusahaan belum optimal akibat kondisi pasar baja global yang volatile, termasuk pelemahan permintaan baja di Tiongkok yang mendorong Tiongkok melakukan ekspor baja ke pasar global. Selain itu, belum beroperasinya fasilitas pabrik Hot Strip Mill 1 (HSM, 1) akibat force majeure sejak Mei 2023 juga menjadi kendala dalam peningkatan kinerja perseroan.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Perseroan menerapkan serangkaian strategi dan langkah-langkah preventif. Mereka juga berupaya memastikan proses recovery pabrik HSM, 1 berjalan sesuai target, diharapkan produksi pertama produk HRC pasca perbaikan akan lahir pada Triwulan IV tahun 2024 sehingga keberlangsungan usaha Perseroan dalam jangka panjang tetap terjaga.
Dalam menghadapi kondisi tersebut, Krakatau Steel Group melalui PT Krakatau Pipe Industries juga berperan dalam proyek strategis nasional, seperti pengiriman pipa gas untuk kebutuhan proyek Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS), dengan pengiriman lebih dari 6.000 ton pipa baja untuk diaplikasikan pada pipa tiang pancang, struktural, dan konduktor dalam proyek tersebut.
Purwono juga menyampaikan bahwa Krakatau Steel dan grupnya terus berupaya untuk peningkatan kinerja dengan bersinergi dan berkolaborasi pada berbagai proyek strategis nasional bersama perusahaan BUMN lainnya. Proyek-proyek ini mendukung upaya pemenuhan kebutuhan baja nasional dan menciptakan dampak positif bagi pembangunan infrastruktur di Indonesia.