Acara CN sendiri bertujuan mengenalkan beragam teknologi ramah lingkungan yang diterapkan oleh Toyota, dalam sebuah konsep yang dikenal dengan multi-pathway. Pada acara tersebut, Toyota juga menyelenggarakan diskusi dengan beragam pemangku kepentingan dan akademisi terkait upaya perlindungan lingkungan.
Dalam konteks lebih luas, ambisi Toyota Indonesia untuk menjadi pusat produksi di kawasan "Global South" tidak lepas dari prestasi mereka dalam bidang ekspor. Sejak tahun 1987, Toyota telah memulai aktivitas ekspor kendaraan, dengan pengiriman pertama mereka Toyota Kijang generasi ketiga ke Brunei Darussalam. Hingga kini, Toyota telah mengekspor kendaraan ke 80 negara, termasuk di antaranya Meksiko, sebuah pencapaian yang cukup mengesankan.
Laporan Hashim Djojohadikusumo menambahkan, "Bisa dibayangkan betapa luasnya jaringan ekspor Toyota Indonesia. Mereka tidak hanya berkutat di wilayah Asia Tenggara tetapi juga menjangkau Meksiko, di mana mereka ingin memperluas kerjasama." Tentu hal ini membuka peluang besar bagi Toyota untuk lebih aktif dalam rangka memperkuat hubungan perdagangan internasional.
Dia juga menyatakan kebutuhan akan perjanjian perdagangan bebas dengan Meksiko untuk meningkatkan kerjasama. "Apa yang mereka perlukan? Mereka memerlukan perjanjian perdagangan bebas dengan Meksiko. Di sanalah saya bisa berkontribusi untuk membantu perusahaan-perusahaan yang memerlukan perjanjian semacam itu dengan negara lain," ungkap Hashim.