Secara emosional terpukul, AK harus menghadapi dua kenyataan yang sulit: pertama, bahwa istrinya adalah laki-laki, dan kedua, bahwa ia merasa dikhianati oleh kurangnya kejujuran dari Adinda. Perasaan bingung dan kecewa itu menghantuinya selama beberapa hari, namun kecintaannya kepada Adinda membuatnya mencoba untuk memahami situasi tersebut.
Setelah berbicara dengan Adinda, AK akhirnya memahami bahwa kebenaran itu tidak pernah mudah untuk diungkapkan, terutama dalam kasus transgender. Adinda merasa sangat takut kehilangan cinta AK jika kebenaran tentang dirinya diungkapkan sebelum pernikahan. Dia juga merasa tidak sejalan dengan pandangan masyarakat tentang identitasnya sebagai seorang transgender. Namun, usahanya untuk menyembunyikan hal tersebut hanya membuatnya semakin terjebak dalam kebohongan yang semakin rumit.
Dalam proses mendalami kebenaran ini, keduanya harus berjuang melalui tsunami emosi. AK merasa terluka dan kecewa, namun dia juga merasa bersalah karena meragukan cintanya kepada Adinda. Sementara Adinda sendiri harus menghadapi rasa takut kehilangan cinta AK dan ketakutan akan stigma yang mungkin dihadapi dalam masyarakat.
Dalam proses ini, mereka belajar untuk saling mendukung dan memahami, meskipun tidak selalu mudah. AK juga memutuskan untuk mencari dukungan dari konselor pernikahan untuk membantu mereka berdua menghadapi konflik ini dengan lebih baik. Meskipun perjalanan pemulihan mereka masih jauh, mereka berdua berkomitmen untuk tetap berusaha memperbaiki hubungan mereka.