Sebab, ikan kecil disebut lebih sedikit mengandung logam berat daripada ikan-ikan besar. "Sarden; makarel; cakalang; dan sedikit ikan-ikan tuna kecil itu adalah bahan baku dari ikan kaleng sehingga resiko merkurinya lebih rendah dibandingkan ikan-ikan yang lebih besar, seperti marlin," lanjutnya.
Lebih lanjut, Sadarma menegaskan bahwa ikan dalam kemasan kaleng memiliki nilai gizi yang sebanding dengan ikan segar. Menurutnya, berkurang atau tidaknya kandungan gizi, termasuk protein pada ikan sebenarnya tergantung pada bagaimana cara pengolahannya.
"Ikan segar yang kita beli di pasar pun kalau penyajiannya tidak memenuhi kaedah-kaedah cara menyiapkan makanan yang baik, misalnya digoreng dengan suhu terlalu lama juga akan merusak [kandungan] protein," ujar Sadarma. "Namun kalau ikan kaleng, itu sudah melalui proses pemanasan suhu tinggi yang dapat mempertahankan ikan kaleng," imbuhnya.
Secara rinci, Sadarma menyebutkan, kandungan protein pada ikan tuna dan sarden dalam kemasan kaleng tergolong sangat tinggi. Bahkan, satu kaleng ikan tuna berukuran 100 gram pun mengandung 26,8 gram protein.
"Secara khusus ikan kaleng, ya, tuna kaleng ini energinya cukup tinggi. Proteinnya tinggi sekali, yaitu 26,8 persen. Jadi, protein ikan laut itu memang lebih tinggi dibandingkan air tawar," jelas Sadarma.
"Ikan Sarden dalam Kemasan Kaleng memiliki energi sebesar 207 kcal/100 gram, protein sebesar 24,4 gram/100 gram, Omega-3 sebesar 12 gram/100 gram, vitamin D sebesar 7,5 µg (mikrogram)/100 gram, Selenium sebesar 35 mikrogram/100 gram, Vitamin B12 sebesar 13,6 mikrogram/100 gram, dan lodine sebesar 80 mikrogram/100 gram."