Pendapatnya dilanjutkan dengan, “Titik ini bisa diberdayakan, fungsi ekologis tetap ada dan malah diperkuat, tempat terbuka untuk bermain dan olahraga jadi ada. Sedih juga kalau lihat anak-anak main di aspal.
Seorang warga setempat, Agus, menjelaskan bahwa rawa di tengah permukiman tersebut sebelumnya merupakan lapangan bola yang dikenal dengan Lapangan Cobra, meski saat ini lahannya sudah berubah menjadi rawa.
Agus mengungkapkan, "Ini dulu lapangan, namanya Lapangan Cobra. Sekarang jadi rawa yang airnya enggak ngalir. Airnya tidak pernah kering meskipun kemarau, tapi pas musim hujan, banjirnya bisa sampai segini."
Ridwan Kamil kemudian menegaskan pendekatan pembangunan yang humanis, dimulai dari mendengarkan keluh-kesah warga, mencari solusi secara kreatif tanpa mengorbankan warga setempat, serta melibatkan masyarakat dalam implementasi kegiatan.
Ridwan Kamil berpendapat, “Membangun Jakarta tidak melulu memindahkan. Kita bisa merapikan, di luar negeri istilahnya kampong improvement. Waktu saya menjabat sebagai gubernur Jabar, saya melaksanakan program renovasi, nyaris 200 ribu rumah kita tata tanpa memindahkan warga.”
Dari kunjungan ini, Ridwan Kamil kembali mendapat masukan langsung dari warga tentang kondisi lingkungan sekitar. Melalui sketsa yang dibuatnya, dia berupaya untuk menciptakan solusi yang tidak hanya membangun kota secara fisik, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup bagi warga Jakarta, khususnya di Tanah Merah. Hal ini menunjukkan komitmen Ridwan Kamil dalam menciptakan Jakarta yang lebih manusiawi dan berkelanjutan.