Di sisi lain, IOD menunjukkan kondisi netral yang minim pengaruh terhadap fenomena kemarau basah tahun ini. Menariknya, meskipun kondisi El Niño dan La Niña dalam situasi netral, fenomena sunspot sedang memuncak, yang terjadi setiap 11 tahun dan mencapai puncaknya pada tahun 2024 serta masih aktif pada tahun 2025.
Sunspot atau bintik matahari itu sendiri adalah daerah gelap yang terletak di permukaan matahari dan memiliki medan magnet yang sangat kuat. Dikutip dari Space.com, area-area ini dapat menyebabkan gangguan eruptif di permukaan matahari seperti letupan surya (solar flares) dan pelontaran massa korona (coronal mass ejections atau CMEs). Wilayah tersebut tampak lebih gelap dibandingkan area sekitarnya karena suhunya yang lebih rendah.
Suhunya di bagian tengah bintik matahari, yang disebut umbra, bisa mencapai sekitar 6.300 derajat Fahrenheit (lebih dari 3.500 derajat Celsius), sementara fotosfer di sekitarnya bisa mencapai sekitar 10.000 derajat Fahrenheit (5.500 derajat Celsius). Jumlah dan intensitas sunspot dapat memberikan informasi tentang aktivitas matahari dalam siklus 11 tahunan yang dipicu oleh medan magnetnya.
Sunspot menjadi kunci untuk memahami struktur magnetik yang kompleks di dalam matahari dan telah menarik perhatian para pengamat matahari selama ratusan tahun. Menurut European Solar Telescope, sunspot terbentuk ketika konsentrasi medan magnet dari dalam matahari naik ke permukaan, menciptakan area gelap yang kita amati.
Secara lebih lanjut, para ilmuwan menganggap bahwa pembentukan sunspot dapat dijelaskan dengan teori yang diajukan oleh astronom Amerika, Horace Babcock, pada tahun 1961. Dalam teori tersebut, sunspot muncul berkat pengaruh medan magnet matahari yang berputar. Bayangkan medan magnet tersebut seperti karet gelang yang menempel di kutub utara dan selatan matahari.