Irene menekankan bahwa keistimewaan wayang bukan hanya terletak pada sisi hiburannya, tetapi juga pada pesan moral dan nilai filosofis yang terkandung di dalam setiap cerita. Dengan pendekatan kreatif seperti yang dilakukan Aniwayang Studio, nilai-nilai tersebut dapat disampaikan kepada audiens lintas usia dan lintas budaya. Hal ini selaras dengan semangat World Expo sebagai ruang pertukaran ide, budaya, dan inovasi yang melintasi batas negara.
Founder sekaligus Direktur Aniwayang Studio, Daud Nugraha, menyampaikan kebanggaannya bisa membawa karya mereka ke panggung internasional. Ia menilai keterlibatan Aniwayang Studio bukan sekadar kesempatan tampil, melainkan momentum penting untuk membuktikan bahwa wayang masih relevan hingga hari ini. “Di sini, kami memperlihatkan bagaimana kami punya cara untuk melestarikan budaya wayang, khususnya mendekatkan wayang kepada anak-anak atau generasi berikutnya, dengan menggabungkan teknik tradisional dan animasi modern,” ungkap Daud.
Aniwayang Studio sendiri sebelumnya dikenal lewat serial Desa Timun, sebuah karya animasi yang ringan, penuh humor, namun tetap sarat makna. Serial ini menjadi pintu masuk baru bagi anak-anak dan generasi muda untuk mengenal wayang tanpa merasa terbebani oleh format tradisional yang biasanya panjang dan kompleks. Di World Osaka Expo, kehadiran Desa Timun berhasil menyedot perhatian, bahkan penonton anak-anak di Jepang tampak betah mengikuti pertunjukan dari awal hingga akhir. “Biasanya wayang identik dengan pertunjukan tradisional, tapi Desa Timun menghadirkannya dengan cara yang segar dan imut banget. Anak-anak di Jepang sampai betah nonton dari awal sampai akhir,” ungkap Nanang, seorang warga Indonesia yang menyaksikan langsung penampilan tersebut.