Selain itu, wilayah dengan morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan yang telah mengalami pelapukan, memiliki potensi terjadinya gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.
Menurut Hadi Wijaya, berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi, kedalaman, dan data mekanisme sumber dari BMKG, kejadian gempa bumi ini diakibatkan oleh sesar aktif di sekitar lokasi pusat gempa bumi dengan mekanisme sesar mendatar.
Dampak dari gempa bumi ini telah terlihat dari terjadinya kerusakan bangunan seperti rumah penduduk di Kelurahan Ciporang, Kecamatan Kuningan, serta musala di Desa Kertawirama, Kecamatan Nusaherang. Guncangan gempa bumi juga diperkirakan dirasakan di Kuningan pada skala III-IV Modified Mercalli Intensity (MMI).
Badan Geologi juga mencatat bahwa sebaran permukiman penduduk yang terdampak guncangan gempa bumi terletak pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi menengah. Dalam konteks ini, Kabupaten Kuningan tergolong rawan terhadap gempa bumi, sehingga perlu ditingkatkan upaya mitigasi melalui mitigasi struktural dan non-struktural.
Menurut Hadi Wijaya, gempa bumi ini tidak berpotensi mengakibatkan sesar permukaan, namun berpotensi terhadap bahaya ikutan (collateral hazard) seperti retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah, dan likuefaksi.