Shahed drone menggunakan mesin baling-baling (propeller) yang mampu terbang dengan kecepatan 200 kilometer per jam. Keunggulan lainnya adalah ketidakmampuannya dideteksi oleh radar karena mampu terbang pada ketinggian rendah dan hanya meninggalkan sedikit jejak panas.
Pihak Ukraina menyebutkan bahwa drone-drone tersebut diluncurkan dari dua wilayah perbatasan dengan Rusia serta dari wilayah yang dikuasai, seperti tanjung Krimea.
Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Lloyd Austin menolak permintaan Ukraina untuk menggunakan senjata jarak jauh yang dimiliki oleh AS untuk menyerang Rusia. Hal ini sebagai tanggapan atas permintaan Zelensky kepada Barat untuk memberikan bantuan misil kepada Ukraina guna menyerang bandara yang berada di wilayah Rusia.
Namun, Austin menegaskan bahwa AS dan sekutu akan terus memberikan dukungan penuh kepada Ukraina dalam melawan Rusia. Dia menyatakan akan memberikan bantuan tambahan sebesar US$250 juta dari AS. Austin menilai penggunaan senjata jarak jauh tidak akan terlalu mempengaruhi jalannya peperangan. Sebab menurutnya, Ukraina juga sudah memiliki senjata jarak jauh seperti drone dan misil untuk melakukan serangan langsung ke Rusia.
"Rusia adalah negara yang sangat luas dengan banyak target. Ukraina memiliki kemampuan dalam hal pesawat nirawak dan senjata lainnya untuk menjangkau target tersebut," kata Austin seperti dilansir oleh Reuters.