Seorang diplomat Timur Tengah dilansir dari Reuters mengungkapkan, "Perancis menginginkan gencatan senjata dan percaya bahwa Hizbullah tidak akan dapat dilenyapkan. AS menginginkan Hizbullah untuk dihancurkan dan mendorong Israel meningkatkan serangannya." Israel sebelumnya telah menolak rencana gencatan senjata selama 21 hari yang diusulkan pada September lalu. Kedua negara juga memiliki perbedaan pendapat mengenai implementasi Resolusi 1701 PBB yang mengatur tentang penempatan pasukan di Lebanon selatan.
Rencana Penguatan Militer Lebanon
Prancis berencana membantu melatih 6 ribu pasukan tambahan Lebanon sebagai bagian dari upaya memperkuat keamanan negara tersebut. Dilansir Reuters, Italia akan mengorganisir konferensi khusus yang berfokus pada penguatan militer Lebanon. Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, menyatakan kemungkinan peningkatan jumlah pasukan Pasukan Interim PBB di Lebanon (UNIFIL) dari 10 ribu menjadi 15 ribu personel. Hal ini disampaikan di tengah meningkatnya ketegangan setelah tiga tentara Lebanon tewas dalam serangan Israel di perbatasan. Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati juga menegaskan, "Badai yang kita saksikan saat ini tidak seperti yang lain, karena membawa benih kehancuran total."
Macron Sebut Iran Mendorong Hizbullah ke Dalam Konflik
Prancis memiliki ikatan historis yang kuat dengan Lebanon dan memiliki populasi diaspora Lebanon yang besar. Total bantuan yang terkumpul dalam konferensi ini jauh melampaui target awal Prancis sebesar 500 juta euro (Rp 8,4 triliun) dan permintaan PBB sebesar 400 juta dolar AS (Rp6,2 triliun). Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noel Barrot menyampaikan pesan untuk Israel yang sederhana, "Gencatan senjata!"