"Jika grup ini, yang demikian terbuka dan bergoyang panas ditampilkan dalam acara yang memperingati hari kemerdekaan RI, pesan apa yang hendak disampaikan pada generasi muda? Perempuan dan lelakinya?" ujarnya.
Maimon membandingkan bilamana pemerintah mengundang grup tersebut karena lagu dan kualitasnya, masih banyak artis Indonesia yang lebih berkualitas dan indah didengar suaranya. Selain itu, jika dilihat dalam sisi level Internasionalnya, banyak artis Indonesia juga yang memiliki prestasi Internasional yang bisa diundang ke agenda HUT Kemerdekaan RI ke-72, dan tentunya akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi rakyat Indonesia.
"Belum lagi biaya mendatangkannya. Pasti tidak sedikit. Sedangkan kondisi ekonomi negara sedang bermasalah," kata dia.
Maimon juga mempertanyakan letak logis undangan SNSD itu. Walau gratis, kata dia, akan berkenaan dengan imej seksi dan objektifitasi perempuan. Apalagi, menurutnya, negara ini negara mayoritas muslim.
"Walau nggak semua berjilbab, baju serba kesempitan dua nomor itu tidak pantas masuk ke acara yang diprakarsai pemerintah," tutur dia.
Jika grup SNSD mengadakan konser yang diprakarsai oleh swasta, Maimon merasa tak ada masalah. Tapi, rencana ini diprakarsai oleh pemerintah dan dikaitkan dengan perayaan kemerdekaan RI ke-72.
"Revolusi mental? Atau relokasi mental (hilang alat berpikir)," pungkas dia.