Data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik Palestina menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di Gaza mencapai 50% pada tahun 2024, sementara kemiskinan melanda lebih dari 53% penduduknya. Situasi ini semakin diperparah dengan adanya blokade ekonomi yang diberlakukan oleh Israel, yang membuat sulitnya akses terhadap bantuan dan kebutuhan pokok bagi warga Gaza.
Di sisi lain, PBB juga telah mengingatkan bahwa persediaan makanan dan air di Gaza semakin menipis, dan sulitnya pergerakan barang-barang kebutuhan pokok di wilayah tersebut membuat kondisi kemanusiaan semakin terpuruk. Bantuan yang masih tertunda di depot-depot di Mesir seharusnya segera didistribusikan ke Gaza demi meringankan beban warga yang tengah memasuki bulan suci Ramadhan.
Saat perayaan Idulfitri, seharusnya kehangatan keluarga, kebersamaan, dan kebahagiaan senantiasa berjalan bersamaan. Namun, bagi warga Gaza, realitasnya jauh dari kata bahagia. Mereka harus berhadapan dengan ketidakpastian hidup, kekurangan pangan, dan ancaman keamanan yang menghantui setiap langkah mereka.
Lebih dari sekadar isu kemanusiaan, situasi di Gaza juga menyeret dampak psikologis yang sangat berat bagi penduduknya, terutama anak-anak yang terbiasa hidup dalam ketakutan dan kecemasan akibat seringnya terjadi bentrokan antara militer Israel dan kelompok-kelompok perlawanan. Keterbatasan akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan sarana publik lainnya juga menjadi beban tersendiri bagi generasi muda Gaza.
Maka dari itu, dunia internasional perlu segera bertindak untuk meredakan penderitaan yang tengah dialami oleh warga Gaza. Solusi jangka pendek berupa distribusi bantuan kemanusiaan dan penghentian serangan militer sangat dibutuhkan demi memberikan rasa aman dan kepastian hidup bagi masyarakat di wilayah yang bergolak ini.