Menurut Times of Israel, Senin, peraturan di Twitter melarang konten dari "entitas yang melakukan kekerasan dan kebencian". Namun, pedoman tersebut memberikan pengecualian untuk unggahan dari entitas negara atau pemerintah.
Diberitakan Al Ahram, Senin, kejadian penangguhan akun media sosial bukan kali pertama ini dialami oleh Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Pada Februari lalu, Meta menghapus akun Facebook dan Instagram pemimpin tertinggi atas dukungannya terhadap kelompok Palestina Hamas setelah operasi 7 Oktober.
Di Iran, platform media sosial seperti Twitter dan Facebook telah diblokir selama bertahun-tahun, mengharuskan warga menggunakan jaringan pribadi virtual untuk mengaksesnya.
Pada Sabtu (26/10/2024), Israel melancarkan serangan udara yang menargetkan lokasi militer Iran. Serangan yang menewaskan empat tentara Iran itu diklaim sebagai respons terhadap serangan Teheran pada 1 Oktober 2024. Menurut media Iran, Khamenei menegaskan, serangan terhadap Teheran tidak boleh diremehkan. Para pejabat Iran pun harus menentukan cara terbaik untuk menunjukkan kekuatan Iran kepada Israel.
Dari konten asli yang disediakan, terdapat beberapa insight yang bisa dijabarkan dan dikembangkan lebih jauh. Dari sisi politis dan keamanan, penangguhan akun media sosial terkait pemimpin tinggi sebuah negara oleh perusahaan teknologi internasional menunjukkan kompleksitas hubungan internasional di era digital. Hal ini juga memberikan gambaran tentang kemampuan suatu negara untuk mengakses dan berkomunikasi dengan masyarakat di tengah pembatasan akses terhadap platform media sosial. Selain itu, penangguhan tersebut bisa dianggap sebagai bentuk ekspresi pembatasan kebebasan berbicara dan berpendapat dalam wacana global.