China pada Selasa (28/5/2024) menyatakan keprihatinan besar atas operasi militer Israel di Rafah, Jalur Gaza, di mana serangan mereka menewaskan 45 warga Palestina di kamp pengungsi Tel al-Sultan.
Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, pihaknya sangat mendesak Israel untuk menghentikan serangan dan melindungi warga sipil serta fasilitas sipil. Pernyataan ini didukung oleh komunitas internasional yang menyuarakan keprihatinan serupa.
Selama beberapa dekade, China telah menunjukkan simpati pada perjuangan Palestina dan secara konsisten mendukung solusi dua negara atas konflik Israel-Palestina. Presiden Xi Jinping pun telah mengajukan wacana diadakannya konferensi perdamaian internasional untuk menyelesaikan konflik tersebut.
Reaksi China dalam isu ini menunjukkan komitmennya dalam diplomasi internasional dan upaya mempromosikan perdamaian dan keadilan di kawasan Timur Tengah. Dukungan China terhadap Palestina juga berpotensi memengaruhi dinamika politik dan keamanan di kawasan tersebut.
Terlepas dari pernyataan solidaritas ini, China juga memiliki kepentingan strategis di kawasan Timur Tengah yang dapat memperlunak atau memperkeruh sikapnya terhadap Israel. Hal tersebut tercermin dalam kebijakan luar negeri China yang cenderung konsisten dalam mengejar kepentingan nasionalnya di kancah global.
Mengingat peran China yang semakin dominan dalam diplomasi global, sikapnya terhadap konflik di Timur Tengah memiliki potensi untuk membentuk kerangka kerja kerjasama internasional yang diharapkan dapat memajukan perdamaian dan keamanan di kawasan tersebut.
Dengan munculnya berbagai kepentingan geopolitik, reaksi China terhadap konflik Israel-Palestina juga dapat memberi gambaran yang lebih komprehensif terhadap dinamika politik dan keamanan global yang berkaitan dengan kawasan Timur Tengah.