Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant sebelumnya telah berjanji untuk "mengubah" Beirut menjadi Gaza. Pernyataan ini tak luput dari tanggapan Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, yang menegaskan bahwa tidak akan ada batasan dan aturan jika Israel melancarkan serangan besar ke Lebanon.
Situasi di Timur Tengah semakin tegang dengan potensi konflik di perbatasan Lebanon-Israel. Hizbullah, yang telah lama dianggap sebagai ancaman bagi keamanan Israel, terus mempertahankan posisi dan kekuatannya di Lebanon. Sementara itu, Israel telah melakukan serangkaian operasi militer untuk menargetkan posisi Hizbullah di Lebanon dan juga di Suriah.
Dalam situasi seperti ini, peran PBB dalam memastikan perdamaian dan kestabilan di wilayah tersebut menjadi semakin penting. Banyak pihak mendesak PBB untuk memainkan peran yang lebih aktif dalam menyelesaikan konflik di Timur Tengah dengan pendekatan diplomatik dan mediasi yang lebih efektif.
Mengingat eskalasi konflik ini, perlu adanya upaya dari komunitas internasional untuk mendorong dialog, diplomasi, dan negosiasi sebagai langkah pembuka dalam menyelesaikan ketegangan di perbatasan Lebanon dan Israel. Upaya ini dapat melibatkan berbagai negara dan organisasi internasional untuk mencari solusi yang adil dan damai bagi kedua belah pihak, serta mencegah konflik berskala penuh yang dapat merugikan masyarakat di wilayah tersebut.
Ketegangan antara Lebanon dan Israel bukan hanya sekadar masalah bilateral, tetapi juga memiliki dampak yang lebih luas di wilayah Timur Tengah dan juga bagi keamanan dunia. Keharmonisan dan perdamaian di wilayah tersebut sangat penting dalam mewujudkan stabilitas global.