Selain itu, Thomas-Greenfield menyatakan harapannya agar para pemimpin militer Israel menerapkan "perubahan mendasar" dalam operasi mereka, termasuk aturan keterlibatan dan prosedur untuk memastikan bahwa operasi militer tidak bertentangan dengan kegiatan kemanusiaan dan tidak menargetkan sekolah serta fasilitas sipil lainnya.
Meskipun demikian, dia mengakui bahwa Hamas juga bersembunyi di lokasi sipil, yang menimbulkan ancaman berkelanjutan. Bahkan dalam beberapa kasus, Hamas telah mengambil alih atau ‘memanfaatkan’ lokasi sipil tersebut. Hal ini menegaskan urgensi mencapai gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera di Gaza.
Pada saat yang sama, banyak anggota dewan PBB mengutip serangan Israel minggu lalu terhadap bekas sekolah yang diubah menjadi tempat penampungan warga sipil yang dikelola oleh badan PBB yang membantu pengungsi Palestina, yang dikenal sebagai UNRWA. Enam staf UNRWA termasuk di antara sedikitnya 18 orang yang tewas, termasuk wanita dan anak-anak.
Dalam upaya mencapai gencatan senjata, AS bekerja sama dengan sesama mediator Mesir dan Qatar untuk mencoba membuat kedua belah pihak setuju bahwa sudah cukup, namun ini pada akhirnya adalah masalah kemauan politik dan kompromi yang sulit.