Tampang

4 Kandidat Kuat Pengganti Paus Fransiskus

1 Mei 2025 19:04 wib. 32
0 0
4 Kandidat Kuat Pengganti Paus Fransiskus

Paus Fransiskus meninggal dunia pada 21 April 2025, menandai berakhirnya sebuah era yang sangat signifikan dalam sejarah Gereja Katolik Roma. Peristiwa ini menarik perhatian banyak orang di seluruh dunia, terutama terkait dengan proses pemilihan Paus ke-267 yang akan dilakukan melalui Konklaf Kepausan di Kapel Sistina. Para kardinal dari berbagai penjuru dunia akan berkumpul dalam sebuah forum tertutup untuk memilih pemimpin spiritual yang baru bagi lebih dari 1,3 miliar umat Katolik. Keberangkatan Paus Fransiskus dari jabatan ini tentunya membawa perubahan besar, dan proses pemilihan tersebut kerap dimeriahkan oleh perdebatan politik internal di dalam Gereja, aliansi strategis, hingga kejutan yang sulit diduga.

Pengalaman dari konklaf sebelumnya, seperti terpilihnya Jorge Mario Bergoglio pada tahun 2013 sebagai Paus Fransiskus yang tidak diunggulkan, menunjukkan bahwa tidak ada satu pun kandidat yang benar-benar pasti hingga asap putih keluar dari cerobong Kapel Sistina. Saat ini, enam tahun setelah wafatnya Paus, nama-nama kandidat mulai mengemuka yang diharapkan mampu meneruskan atau bahkan merevisi jalur Gereja yang telah ditetapkan oleh Paus Fransiskus.

Berikut adalah empat kandidat yang dianggap memiliki peluang besar untuk menggantikan posisi Paus Fransiskus:

1. Pietro Parolin (70 tahun, Italia)

Sebagai Sekretaris Negara Vatikan sejak 2013, Pietro Parolin merupakan sosok penting dalam struktur Kuria Roma dan dikenal sebagai tangan kanan Paus Fransiskus dalam urusan diplomasi global. Peran pentingnya dalam melakukan dialog antara Vatikan dan Tiongkok, terutama terkait penunjukan uskup, serta jalinan komunikasi yang intens dengan berbagai pemerintahan di Timur Tengah, memperkuat posisinya. Karakter moderat dan pendekatan diplomatis yang diusung membuatnya disukai oleh banyak diplomat di kancah internasional. Namun, Parolin juga mendapatkan kritik dari beberapa kalangan yang menilai fokusnya pada kompromi politik dapat mengurangi keteguhan doktrin Gereja. Terlepas dari pandangan kritis tersebut, banyak yang memandangnya sebagai simbol kesinambungan dan stabilitas bagi Gereja.

<123>

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

POLLING

Dampak PPN 12% ke Rakyat, Positif atau Negatif?