Perubahan Prioritas atau Internal Perusahaan yang Mendadak
Dunia bisnis itu dinamis. Seringkali, proses rekrutmen yang sudah berjalan tiba-tiba harus berhenti atau berubah arah karena perubahan prioritas atau kondisi internal perusahaan yang mendadak. Misalnya, posisi yang dibuka bisa saja dibatalkan karena restrukturisasi organisasi, pembekuan anggaran, atau karena ada karyawan internal yang ternyata mengisi posisi tersebut. Bisa juga target proyek bergeser, membuat posisi yang awalnya dibutuhkan jadi tidak relevan lagi.
Ketika hal ini terjadi, tim HRD mungkin juga belum mendapatkan instruksi yang jelas dari manajemen atau merasa tidak etis untuk mengumumkan pembatalan posisi secara luas sebelum ada keputusan final. Akibatnya, mereka memilih untuk menunda komunikasi, dan dalam banyak kasus, penundaan itu berujung pada keheningan tanpa kabar sama sekali. Bagi mereka, mungkin lebih mudah untuk diam daripada menyampaikan kabar yang belum pasti atau kabar buruk.
Kurangnya Komunikasi Internal dan Feedback yang Terlambat
Proses rekrutmen tidak hanya melibatkan HRD, tetapi juga manajer pengguna (hiring manager) yang akan menjadi atasan langsung dari posisi yang dicari. Seringkali, ghosting terjadi karena kurangnya komunikasi internal atau lambatnya feedback dari manajer pengguna. HRD sudah menunggu keputusan atau persetujuan dari manajer terkait, tapi feedback tak kunjung datang atau terlalu lama.
Manajer pengguna mungkin juga sibuk dengan tugas-tugas inti mereka dan tidak menjadikan proses rekrutmen sebagai prioritas utama. Ini membuat HRD tidak bisa memberikan kabar kepada pelamar karena mereka sendiri tidak punya informasi yang pasti. Akhirnya, pelamar jadi korban dari alur komunikasi internal yang tersendat, menunggu kabar yang tidak pernah datang. Situasi ini menunjukkan bahwa ghosting kadang bukan niat jahat, melainkan akibat dari sistem internal yang kurang efektif.