3. Informasi Perusahaan yang Kabur atau Mencurigakan
Perusahaan yang serius mencari karyawan akan memberikan informasi yang jelas dan mudah diverifikasi tentang diri mereka. Jika lowongan hanya mencantumkan nama perusahaan tanpa alamat lengkap, nomor telepon yang bisa dihubungi, atau bahkan website resmi, ini perlu dicurigai. Terlebih lagi jika alamat email yang digunakan adalah email pribadi (@gmail.com, @yahoo.com) bukan email perusahaan resmi (@namaperusahaan.com).
Coba cari informasi perusahaan tersebut secara online. Apakah website-nya terlihat profesional? Apakah ada rekam jejak atau berita tentang perusahaan itu? Apakah nama perusahaan sering dikaitkan dengan kasus penipuan? Penipu seringkali menggunakan nama perusahaan fiktif atau bahkan meniru nama perusahaan besar yang sudah ada untuk meyakinkan calon korban. Verifikasi selalu jadi kunci untuk memastikan keabsahan sebuah entitas yang menawarkan pekerjaan.
4. Proses Rekrutmen yang Terlalu Cepat dan Tanpa Wawancara Jelas
Lowongan kerja yang sah umumnya melibatkan proses rekrutmen yang terstruktur, mulai dari seleksi CV, tes, beberapa tahapan wawancara, hingga penawaran kerja. Jika lowongan menjanjikan proses yang sangat cepat, langsung diterima tanpa wawancara mendalam, atau hanya melalui chat tanpa tatap muka/video call yang jelas, ini bisa jadi pertanda buruk. Penipu ingin cepat mendapatkan korban sebelum korban sempat berpikir dua kali.
Modus interview "online" melalui aplikasi chat yang tidak profesional, atau pemberitahuan "lolos seleksi" padahal tidak pernah mengirimkan lamaran, juga sering terjadi. Waspadai jika komunikasi dilakukan terburu-buru, mendesak untuk segera transfer uang, atau terkesan tidak transparan mengenai tahapan selanjutnya. Perusahaan sungguhan akan memberikan waktu bagi pelamar untuk berpikir dan mempersiapkan diri.