Faktor lain yang sering ditemukan pada pembunuh berseri adalah pengalaman masa kecil yang traumatis. Banyak dari mereka telah mengalami kekerasan fisik, seksual, atau emosional di masa kecil mereka. Pengalaman traumatis ini dapat membentuk kepribadian mereka dan mempengaruhi cara mereka memandang dunia. Beberapa teori menyatakan bahwa kekerasan yang mereka alami di masa kecil dapat membuat mereka merasa tak berdaya dan marah, yang kemudian mereka salurkan melalui tindakan pembunuhan.
Motivasi di balik pembunuhan berseri juga sangat bervariasi. Beberapa pembunuh berseri melakukan kejahatan mereka untuk mendapatkan kekuasaan dan kontrol. Mereka menikmati perasaan memiliki kendali penuh atas korban mereka dan sering kali merasa seperti tuhan yang menentukan hidup dan mati seseorang. Pembunuh seperti ini mungkin memilih korban yang mereka anggap lemah atau tidak berdaya, sehingga mereka dapat lebih mudah mendominasi dan mengontrol situasi.
Ada juga pembunuh berseri yang termotivasi oleh fantasi seksual atau sadis. Mereka mungkin memiliki dorongan seksual yang tidak biasa dan hanya bisa merasa puas dengan melakukan kekerasan terhadap orang lain. Fantasi-fantasi ini sering kali dipupuk selama bertahun-tahun dan menjadi semakin intens seiring waktu. Ketika mereka akhirnya mewujudkan fantasi tersebut, mereka mungkin merasa seperti melepaskan dorongan yang telah lama terpendam.
Salah satu aspek menarik dari pembunuhan berseri adalah bagaimana para pelaku sering kali memiliki "tanda tangan" atau modus operandi yang khas. Tanda tangan ini bisa berupa cara khusus dalam memilih atau memperlakukan korban, cara tertentu dalam membunuh, atau meninggalkan jejak tertentu di tempat kejadian. Tanda tangan ini sering kali mencerminkan kebutuhan psikologis pelaku dan dapat memberikan petunjuk berharga bagi penegak hukum dalam mengidentifikasi dan menangkap mereka.