Studi ini juga menyentuh aspek psikologis pernikahan yang bisa berpengaruh terhadap kesehatan. Setelah menikah, banyak individu merasakan stabilitas emosional yang dapat membawa dampak positif, namun di sisi lain, beberapa pria mungkin memperlihatkan perubahan dalam perhatian terhadap kesehatan mereka. Ketika merasa nyaman dengan pasangan, terkadang ada kecenderungan untuk mengabaikan perilaku yang berdampak pada berat badan. Ini menunjukkan bahwa hubungan antara kesehatan dan status pernikahan tidaklah sederhana, dan memerlukan pemahaman yang lebih dalam mengenai bagaimana interaksi sosial dapat memengaruhi perilaku individu.
Meskipun hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang jelas antara pernikahan dan risiko obesitas pada pria, hasil ini harus dipahami secara kontekstual. Banyak faktor lain, termasuk genetik, lingkungan, dan tingkat stres, juga ikut berkontribusi pada perkembangan obesitas. Dengan kata lain, meskipun pria menikah mungkin memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami obesitas, ada juga banyak elemen lain yang dapat memengaruhi kondisi kesehatan mereka.
Secara keseluruhan, studi ini memberikan pandangan baru tentang hubungan antara status pernikahan dan kesehatan, khususnya obesitas, memberikan landasan untuk penelitian lebih lanjut. Dengan meningkatnya jumlah penderita obesitas di seluruh dunia, penting untuk memahami faktor-faktor yang menyertainya, termasuk dinamika hubungan. Penemuan ini bisa menjadi langkah awal untuk membantu mengedukasi individu tentang pentingnya menjaga gaya hidup sehat meskipun dalam ikatan pernikahan. Terlepas dari situasi ini, perlu ada usaha untuk mendorong gaya hidup yang lebih aktif dan sehat, baik bagi pria maupun wanita, dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan secara keseluruhan.