Indonesia, sebagai negara tropis, dikenal dengan sinar matahari yang bersinar sepanjang tahun. Seharusnya, kondisi tersebut dapat menjadikan masyarakat Indonesia tercukupi akan kebutuhan vitamin D.
Namun, kenyataannya adalah studi menemukan bahwa warga Indonesia, termasuk anak-anak, cenderung mengalami defisiensi vitamin D. South East Asian Nutrition Surveys II (SEANUTS II) memberikan data yang mengindikasikan bahwa anak-anak di Indonesia belum memenuhi kebutuhan rata-rata kalsium dan vitamin D, yang pada akhirnya berdampak pada tumbuh kembang mereka.
Guru besar Fakultas Ilmu Kesehatan Anak Universitas Indonesia, Prof Dr. dr. Rini Sekartini SpA(K), mengungkapkan bahwa meski tinggal di negara tropis, ada beberapa faktor yang melatarbelakangi kekurangan vitamin D pada anak. Salah satu faktor tersebut adalah kebiasaan orang tua yang takut kulit anak mereka menjadi gelap akibat terpapar sinar matahari.
Menurut dr. Rini, "Ketika anak-anak bermain di luar, orang tua cenderung menutup tubuh anak dengan penuh, sehingga paparan sinar matahari yang diterima sangat minim. Hal ini juga berlaku untuk anak-anak di daerah pedesaan, meskipun mereka sering bermain di luar ruangan, namun tetap mengalami defisiensi vitamin D."
Hal ini menandakan bahwa sengaja menghindari sinar matahari dapat membuat tubuh anak kekurangan vitamin D. Dampaknya pun sangat beragam, mulai dari mudah lelah hingga risiko autoimun, yakni ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuh sendiri.