Faktor kedua yang berkontribusi adalah pengurangan pembentukan awan hujan. Kondisi atmosfer yang cenderung stabil dan kering menghambat pertumbuhan awan-awan konvektif yang biasanya membawa hujan dan berfungsi sebagai peneduh alami. Tanpa lapisan awan yang memadai, sinar matahari langsung mengenai permukaan bumi tanpa filter awan, menyebabkan peningkatan "suhu ekstrem" secara drastis di permukaan dan udara di sekitarnya. Hal ini diperparah dengan kelembapan udara yang tinggi, membuat "cuaca panas" terasa lebih menyengat dan meningkatkan risiko "kesehatan" seperti heat stroke dan gangguan pernapasan. Kondisi ini menuntut kewaspadaan lebih dari masyarakat dan pemerintah untuk mitigasi dampak "kesehatan" yang mungkin timbul.
Dua Kota Indonesia dalam Pusaran Suhu Ekstrem Global: Lebih dari Sekadar Angka
"Laporan AQI" terbaru yang mencantumkan Mojokerto sebagai "kota terpanas" di dunia bukan satu-satunya fakta mengejutkan dari Indonesia. Data tersebut juga mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki dua kota yang masuk dalam daftar 10 "kota terpanas" secara global. Selain Mojokerto, kota Martapura juga turut menduduki peringkat tinggi dalam daftar tersebut. Kehadiran dua kota dari Indonesia dalam daftar "suhu ekstrem" ini menyoroti kerentanan geografis dan iklim negara kepulauan ini terhadap perubahan iklim global. Sebagai negara tropis, Indonesia memang sudah terbiasa dengan "cuaca panas", namun level "suhu ekstrem" yang dilaporkan ini jauh melampaui batas normal dan menimbulkan kekhawatiran besar.
Implikasi dari fenomena ini sangat luas, tidak hanya pada aspek lingkungan tetapi juga pada "kesehatan" masyarakat. Peningkatan "suhu ekstrem" yang konsisten dapat menyebabkan gelombang panas yang mematikan, meningkatkan prevalensi penyakit yang berhubungan dengan panas, dan mempengaruhi produktivitas kerja serta kualitas hidup secara keseluruhan. Kondisi ini juga dapat mempercepat penguapan air, memicu kekeringan, dan mempengaruhi sektor pertanian serta ketersediaan pangan. Keberadaan dua "kota terpanas" di Indonesia berdasarkan "laporan AQI" adalah panggilan darurat untuk seluruh pemangku kepentingan agar lebih serius dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan adaptasi serta mitigasi perubahan iklim, demi menjaga "kesehatan" dan kesejahteraan seluruh penduduk.
Menghadapi Masa Depan yang Lebih Panas: Pentingnya Kewaspadaan dan Aksi Iklim untuk Kesehatan
Fenomena "cuaca panas" yang menjadikan Mojokerto sebagai "kota terpanas" di dunia, ditambah dengan keberadaan Martapura dalam daftar sepuluh besar "suhu ekstrem" global menurut "laporan AQI", adalah cerminan nyata dari krisis iklim yang sedang kita hadapi. Penyebab "suhu ekstrem" ini, yang dijelaskan oleh BMKG sebagai kombinasi pergeseran matahari dan berkurangnya awan, menunjukkan bahwa dampaknya terasa secara langsung dan lokal. Ini bukan lagi ancaman di masa depan, melainkan realitas yang sedang kita alami saat ini.