“Pola makan rendah serat itu seperti bom waktu. Awalnya tidak terasa, tapi akumulatif merusak organ dalam tubuh,” jelas dr. Astri.
Harga Mahal dan Gaya Hidup Praktis Jadi Penghambat
Meski Indonesia kaya akan hasil pertanian, distribusi yang buruk membuat harga sayur dan buah di beberapa daerah relatif tinggi. Di sisi lain, gaya hidup praktis membuat masyarakat lebih memilih makanan instan atau cepat saji yang minim kandungan gizi.
“Orang lebih rela beli gorengan 5 ribu daripada satu porsi buah. Ada masalah persepsi dan akses di sini,” ujar Aditya Mahesa, aktivis pangan sehat.
Kurangnya Edukasi Sejak Dini
Pola makan sehat belum menjadi bagian dari kurikulum pendidikan dasar yang kuat. Anak-anak lebih akrab dengan jajanan manis dan tinggi kalori daripada pentingnya serat dan vitamin dari bahan alami.
“Kalau tidak dibiasakan sejak kecil, susah membentuk perilaku makan sehat saat dewasa,” tambah Aditya.
Perlu Intervensi Pemerintah dan Gerakan Kolektif
Pemerintah perlu mendorong kebijakan yang memudahkan akses ke makanan sehat, termasuk subsidi sayur dan buah untuk daerah dengan angka konsumsi rendah. Kampanye publik juga harus konsisten, tidak sekadar seremonial.