Dokter seringkali salah mendiagnosis alergi sperma sebagai infeksi atau vaginitis kronis. Keduanya berakibat sama: iritasi, gatal, dan rasa sakit saat berhubungan seksual. Namun, alergi sperma bisa dibedakan dengan dua cara. Pertama, gejala alergi hanya muncul saat aktivitas seksual dilakukan tanpa kondom. Kedua, dengan melakukan tes darah.
Namun, bahayanya tak ringan. Jika tetap “ngotot” melakukan aktivitas seksual, kematian bisa jadi risikonya. Masalah ini jadi lebih besar ketika penderita dan pasangannya ingin memiliki keturunan.
Setaip masalah pasti ada penyebab dan pemecahannya, disarankan sebelum berhubungan lebih baik salin terbuka pada pasangan kita. Dan untuk mereka semoga ada obat untuk penyakiynya.